Kamis, 11 Juni 2015

pandangan esensialisme dalam pendidikan

M A K A L A H
(Kelompok: 3)
PANDANGAN ESENSIALISME DALAM PENDIDIKAN
Diajukkan Untuk Memenuhi Mata Kuliah
“FILSAFAT PENDIDIKAN”
Dosen Pengampu:
 Afiful Ikhwan, M.Pd.I




Disusun Oleh :
1.      Ana Miftahul Khoir            (  2013471881 )
2.      Sriyatin                                 (  2013471941 )
3.      Siti Maslikah                        ( 2013471958 )


PAI MADIN SEMESTER IVB
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM)
TULUNGAGUNG
Maret 2015
KATA PENGANTAR

          Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya,  sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
            Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir.
            Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap tugas ini, mengingat hal itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1.      Ketua STAI Muhammadiyah Tulungagung , Bpk. Nurul Amin, M.Ag.
2.      Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, Bpk. Afiful Ikhwan, M.Pd.I.
3.      Teman-teman dan seluruh pihak yang berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo’a semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal sholeh di mata Allah SWT.Amin
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun demi kelancaran makalah ini dan selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya pada seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.


                                                                                                                                                                                                                                   (PENYUSUN)




DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................... .... ii
Daftar Isi ........................................................................................................ .... iii

BAB I      PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B.  Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C.  Tujuan Masalah ............................................................................... 2

BAB II    PEMBAHASAN
                 PANDANGAN ESENSIALISME DALAM PENDIDIKAN
A.  Pengertian Esensialisme .................................................................. 3
B.  Pandangan Esensialisme Dalam Pendidikan ................................... 5

BAB III   PENUTUP
Kesimpulan .......................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Menurut para esensialis, dalam dunia pendidikan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menimbulkan pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu. Sehingga menyebabkan pendidikan kehilangan arah. Dengan demikian pendidikan harus bersendikan pada nilai-nilai yang dapat mendatangkan stabilitas yaitu nilai yang memiliki tata yang jelas dan telah teruji oleh waktu. Prinsip esensialisme menghendaki agar landasan pendidikan adalah nilai-nilai yang esensial dan bersifat menuntun.
Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada Al-Qur'an dan al-Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan. Langkah yang ditempuh Al-Qur'an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini diakui jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan serta ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang pengertian Esensialisme dan  pandangan  serta penerapan esensialisme dalam pendidikan yang meliputi, pandangan esensialisme mengenai belajar, kurikulum, peranan sekolah, penilaian kebudayaan, teori pendidikan dan prinsip sekolah esensialisme.




C. Rumusan Masalah
1.      Apa pengetian Esnsialisme?
2.      Bagaimana pandangan esensialisme dalam pendidikan?

D. Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian Esensialisme.
2.      Untuk mengetahui pandangan esensialisme dalam pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Esensialisme

            Secara etimologi esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential (inti atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut Brameld bahwa esensialisme ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealism dan realism. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia Kata esensialisme terdiri dari dua kata yaitu esensi berarti hakiakat, inti, dasar. Dan ditambahkan menjadi esensial yang berarti sangat perlu, sangat berpengaruh.[1]
            Gerakan ini muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Brigger, Frederick Breed, dan Isac L Kandel, pada tahun 1983 mereka membentuk suatu lembaga yang disebut "The esensialist commite for the advanced of American Education" Bagley sebagai pelopor esensialisme adalah seorang guru besar pada teacher college, Columbia University, ia yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda.[2]
            Esensialisme muncul pada zaman Renaisance. Esensialisme dikenal sebagai gerakan pendidikan dan juga sebagai aliran filsafat pendidikan. Esensialisme berusaha mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial, yaitu sesuatu yang bersifat inti  atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu. Bagi esensialisme, pendidikan yang berpijak pada dasar pandangan itu mudah goyah dan kurang terarah. Karena itu esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.
            Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan materialistik. Selain itu juga diwarnai  oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme.[3]
            Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman.[4] Imam Barnadib (1981), menyebutkan bebrapa tokoh utama yang berperan dalam penyebaran aliran esensialisme, yaitu: Desiderius Erasmus, John Locke (1632-1704), Johann Friedrich Herbert (1776 – 1841), Johan Henrich Pestalozzi (1746-1827), William T. Harris (1835-1909).
            Dalam rangka mempertahankan pahamnya, tokoh-tokoh esensialisme mendirikan suatu organisasi yang bernama ‘Essentialist Commitee for the Advancemen’ pada tahun 1930. Melalui organisasinya inilah pandangan-pandangan esensialisme dikembangkan dalam dunia pendidikan. Sebagaiman telah disinggung dimuka bahwa esensialisme mempunyai pandangan yang dipengaruhi oleh paham idealisme dan realisme, maka konsep-konsepnya tentang pendidikan sedikit banyak ikut diwarnai oleh konsep-konsep idealisme dan realisme.[5]
            Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak zaman awal peradaban umat manusia, kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang, telah teruji oleh zaman, kondisi dan sejarah kebudayaan, demikian ialah esensial yang mampu pula mengembangkan masa sekarang dan masa depan umat manusia. Dengan artian esensialisme ingin kembali ke masa dimana nila-nilai kebudayaan itu masih tetap terjaga, yang nilai itu tersimpul dalam ajaran para filosof, ahli pengetahuan yang agung, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka kekal.

B. Panadangan Esensialisme dalam Pendidikan
            Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Maka dalam sejarah perkembangannya kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola kurikulum, seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada di masyarakat.[6]
            Fungsi utama sekolah adalah untuk membina suatu tempat refrensi untuk anak didik dalam menghadapi ilmu pengetahuan dan trsdisi yang sudah berkembang sedemikian rupa. Sekolah tinggal merealisasikannya, mengadakan seleksi dan menentukan apa yang sebenarnya baik dan benar untuk dipelajari anak didik.[7]
1.      Pandangan dan Penerapan Esensialisme Dalam Bidang Pendidikan
a.       Pandangan esensialisme mengenai belajar
Idealisme sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada individu tersebut. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami dirinya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dengan mengambil landasan fikir, belajar  dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual yang jiwanya membina dan menciptakan diri sendiri. Belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai sosial angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan berikutnya.
Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mencerminkan adanya dua jenis, yaitu determinasi mutlak dan determinasi terbatas. Determinisme mutlak, menunjukkan bahwa belajar adalah mengalami hal-hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya, jadi harus ada, yang bersama-sama membentuk dunia ini. Pengenalan ini perlu diikuti oleh penyesuaian supaya dapat tercipta suasana hidup yang harmonis. Determinisme terbatas, memberikan gambaran kurangnya sifat pasif mengenai belajar. Bahwa meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini berarti tidak dimungkinkan adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawas yang diperlukan.
b.      Pandangan Esensialisme Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan.
Menurut Essensialisme: “Kurikulum yang kaya, yang berurutan dan sistematis yang didasarkan pada target yang tidak dapat dikurangi sebagai suatu kesatuan pengetahuan, kecakapan- kacakapan  dan  sikap  yang  berlaku  di  dalam  kebudayaaan  yang  demokratis. Kurikulum dibuat memang sudah didasarkan pada urgensi yang ada di dalam kebudayaan tempat hidup si anak”.
c.       Peranan Sekolah menurut Essensialisme
Sekolah berfungsi sebagai pendidik warganegara supaya hidup sesuai dengan  prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakatnya serta  membina kembali tipe dan mengoperkan kebudayaan, warisan sosial, dan membina  kemampuan penyesuaian diri individu kepada masyarakatnya dengan menanamkan pengertian tentang fakta-fakta, kecakapan-kecakapan dan ilmu pengetahuan.
d.      Penilaian Kebudayaan menurut Essensialisme
Essensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan  bahwa lembaga-lembaga dan praktik-praktik kebudayaan modern telah gagal dalam banyak hal untuk memenuhi harapan zaman modern. Maka untuk menyelamatkan manusia dan kebudayaannya, harus diusahakan melalui pendidikan.
e.       Teori Pendidikan Menurut Eensialisme
1)      Tujuan Pendidikan
          Tujuan pendidikan adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adalah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan. Keterampilan-keterampilan, sikap-sikap, dan nilai-nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan  intelek atau kecerdasan.
2)      Metode Pendidikan
          Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered). Umumnya diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul mengetahui apa yang diinginkan, dan mereka haru dipaksa belajar. Oleh karena itu pedagogi yang bersifat lemah-lembut harus dijauhi, dan memusatkan diri pada penggunaan metode-metode tradisional yang tepat. Metode utama adalah latihan mental, misalnya melalui diskusi dan pemberian tugas; dan penguasan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian informasi dan membaca.
3)      Kurikulum
          Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum Sekolah Dasar ditekankan pada pengembangan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan matematika. Kurikulum Sekolah Menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, humaniora, serta bahasa dan sastra. Penguasaan terhadap mata-mata pelajaran tersebut dipandang sebagai suatu dasar utama bagi pendidikan umum yang diperlukan untuk dapat hidup sempurna. Studi yang ketat tentang disiplin tersebut akan dapat mengembangkan kesadaran pelajar, dan pada saat yang sama membuat mereka menyadari dunia fisik yang mengitari mereka. Penguasaan fakta dan konsep-konsep pokok dan disiplin-disiplin yang inti adalah wajib.
4)      Pelajar
                      Siswa adalah makhluk rasional dalam kekuasaan fakta dan keterampilan-keterampilan pokok yang siap melakukan latihan-latihan intelektif atau berpikir. Sekolah bertanggungjawab atas pemberian pelajaran yang logis atau dapat dipercaya. Sekolah berkuasa untuk menuntut hasil belajar siswa.
5)      Pengajar
Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas. Guru berperanan sebagai sebuah contoh dalam pengawalan nilai-nilai dan penguasaan pengetahuan atau gagasan-gagasan.
2.      Prinsip – prinsip Pendidikan Esensialisme
a.       Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan dapat menimbulkan keseganan dan menekankan pentingnya prinsip disiplin.
b.      Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak didik.
c.       Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan.
d.      Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental.
e.       Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum, karena dianggap tuntunan demokrasi yang nyata.[8]

 BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential (inti atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut Brameld bahwa esensialisme ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealism dan realism. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kata esensialisme terdiri dari dua kata yaitu esensi berarti hakiakat, inti, dasar. Dan ditambahkan menjadi esensial yang berarti sangat perlu, sangat berpengaruh. Aliran Esensialisme merupakan aliran yang ingin kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama. Dasar dari aliran Esensialisme ini adalah pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian yang ilmiah dan materialistik.tujuan dari pada pendidikan yang hendak dicapai oleh para ahli adalah untuk mewujudkan agar anak didik dapat hidup bahagia demi kebaikan hidupnya sendiri. Tujuan umum aliran Esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia dumia dan akhirat, dan isi penndidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian, dan segala hal yang mengrah pada kehendak manusia.
2.      Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan.  Pandangan esensialisme dalam pendidikan meliputi, pandangan esensialisme mengenai belajar, kurikulum, peranan sekolah, penilaian kebudayaan, teori pendidikan dan prinsip sekolah esensialisme yang semuanya saling berkaitan.


DAFTAR PUSTAKA

Santoso. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. 2012. Jakarta: Pustaka Agung Harapan.
Shofiorenza. Filsafat Pendidikan Esensialisme. dalam  http://shofiorenza.blogspot.com/2010/11/filsafat-pendidikan esensialisme.html,diunggah pada Minggu 07 November 2010.

Zuharini, Dkk. Filsafat Pendidikan Islam. 1992. Jakarta: Bumi Aksara.

Anan-nur. Filsafat Pendidikan Essensialisme. dalam http://anan-nur.blogspot.com/2012/03/filsafat-pendidikan-essensialisme.html.diunggah pada Sabtu 24 Maret 2012.

As Said, Muhammad. Filsafat Pendidikan Islam. 2011. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Afidburhanudin. Filsafat Esensialisme Dalam Pendidikan. dalam https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/07/filsafat-esensialisme-dalam-pendidikan/, diunggah pada Kamis 07 November 2013.


















                [1]Santoso, Kamus Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Agung Harapan, 2012), hlm.162.
                [2]Shofiorenza, Filsafat Pendidikan Esensialisme, dalam  http://shofiorenza.blogspot.com/2010/11/filsafat-pendidikan-esensialisme.html,diunggah pada Minggu 07 November 2010.
                [3]Dra. Zuharini. dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm.25.
                [4]Anan-nur, Filsafat Pendidikan Essensialisme, dalam http://anan-nur.blogspot.com/2012/03/filsafat-pendidikan-essensialisme.html, diunggah pada Sabtu 24 Maret 2012.
                [5]Dra. Zuharini. dkk, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 25.
                [6]Ibid, hlm. 27.
                [7]Muhammad As Said, Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2011), hlm. 75.
                [8]Afidburhanudin, Filsafat Esensialisme Dalam Pendidikan, dalam https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/07/filsafat-esensialisme-dalam-pendidikan/, diunggah pada Kamis 07 November 2013. 





















  





3 komentar:

  1. izin dijadikan bahan referensi makalah ya :) terimakasih sangat membantu

    BalasHapus
  2. Ini sangat membantu sya dalam perkuliahan, trims ya atas makalah filsafatx.

    BalasHapus
  3. Vampires in the Enchanted Castle casino - FilmFileEurope
    Vampires in the Enchanted Castle Casino. Vampires deccasino in bsjeon the Enchanted Castle Casino. Vampires in the 바카라 사이트 Enchanted Castle Casino. Vampires in the Enchanted Castle https://febcasino.com/review/merit-casino/ Casino. Vampires filmfileeurope.com in the Enchanted

    BalasHapus