M A K A L A H
(Kelompok: 3)
PANDANGAN ESENSIALISME DALAM PENDIDIKAN
Diajukkan Untuk Memenuhi Mata Kuliah
“FILSAFAT PENDIDIKAN”
Dosen Pengampu:
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Disusun Oleh :
1. Ana Miftahul
Khoir ( 2013471881 )
2. Sriyatin ( 2013471941 )
3. Siti Maslikah ( 2013471958 )
PAI MADIN SEMESTER IVB
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM)
TULUNGAGUNG
Maret 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Shalawat dan salam senantiasa
terlimpahkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang kita nantikan
syafaatnya di Yaumul Akhir.
Kemudian dari pada itu, kami sadar
bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap tugas ini,
mengingat hal itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Ketua STAI Muhammadiyah Tulungagung , Bpk. Nurul
Amin, M.Ag.
2. Dosen pengampu
yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, Bpk. Afiful Ikhwan, M.Pd.I.
3. Teman-teman dan
seluruh pihak yang berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo’a
semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal sholeh di mata Allah SWT.Amin
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kekeliruan, maka dari itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun demi
kelancaran makalah ini dan selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya pada seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................... .... ii
Daftar Isi ........................................................................................................ .... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah
........................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
PANDANGAN
ESENSIALISME DALAM PENDIDIKAN
A. Pengertian
Esensialisme .................................................................. 3
B. Pandangan
Esensialisme Dalam Pendidikan ................................... 5
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya
dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah.
Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar intelektual
dan moral di antara kaum muda. Menurut para esensialis, dalam dunia pendidikan
fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menimbulkan pandangan yang
berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu. Sehingga
menyebabkan pendidikan kehilangan arah. Dengan demikian pendidikan harus
bersendikan pada nilai-nilai yang dapat mendatangkan stabilitas yaitu nilai
yang memiliki tata yang jelas dan telah teruji oleh waktu. Prinsip esensialisme
menghendaki agar landasan pendidikan adalah nilai-nilai yang esensial dan
bersifat menuntun.
Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada Al-Qur'an dan
al-Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang
pendidikan. Langkah yang ditempuh Al-Qur'an ini ternyata amat strategis dalam
upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini diakui jelas bahwa pendidikan
merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju
kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan serta ketertindasan menjadi
merdeka, dan seterusnya.
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang pengertian Esensialisme dan pandangan serta penerapan esensialisme dalam pendidikan yang meliputi, pandangan esensialisme mengenai belajar, kurikulum,
peranan sekolah, penilaian kebudayaan, teori pendidikan dan prinsip sekolah
esensialisme.
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengetian Esnsialisme?
2. Bagaimana pandangan esensialisme dalam pendidikan?
D. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Esensialisme.
2. Untuk mengetahui pandangan esensialisme dalam
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Esensialisme
Secara etimologi esensialisme berasal dari
bahasa Inggris yakni essential (inti atau pokok dari sesuatu), dan isme
berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut Brameld bahwa esensialisme ialah aliran yang lahir
dari perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealism dan realism. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia Kata
esensialisme terdiri dari dua kata yaitu esensi berarti hakiakat, inti,
dasar. Dan ditambahkan menjadi esensial yang berarti sangat perlu,
sangat berpengaruh.[1]
Gerakan ini muncul pada awal
tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas
Brigger, Frederick Breed, dan Isac L Kandel, pada tahun 1983 mereka membentuk
suatu lembaga yang disebut "The esensialist commite for the advanced of
American Education" Bagley sebagai pelopor esensialisme adalah seorang
guru besar pada “teacher college,” Columbia University, ia
yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah
kepada generasi muda.[2]
Esensialisme
muncul pada zaman Renaisance. Esensialisme dikenal
sebagai gerakan pendidikan dan juga sebagai aliran filsafat pendidikan.
Esensialisme berusaha mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial, yaitu
sesuatu yang bersifat inti atau unsur
mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu. Bagi esensialisme, pendidikan yang berpijak pada dasar pandangan itu mudah
goyah dan kurang terarah. Karena itu esensialisme memandang bahwa pendidikan
harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama,
sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.
Esensialisme
didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang
mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan materialistik. Selain itu juga
diwarnai oleh pandangan-pandangan dari
paham penganut aliran idealisme dan realisme.[3]
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang
membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung
esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan
sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah
timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada
zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir
modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap
simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang
sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi
tuntutan zaman.[4]
Imam Barnadib (1981),
menyebutkan bebrapa tokoh utama yang berperan dalam penyebaran aliran
esensialisme, yaitu: Desiderius Erasmus, John Locke (1632-1704), Johann Friedrich Herbert (1776 – 1841), Johan Henrich Pestalozzi (1746-1827), William T. Harris (1835-1909).
Dalam rangka mempertahankan pahamnya,
tokoh-tokoh esensialisme mendirikan suatu organisasi yang bernama ‘Essentialist
Commitee for the Advancemen’ pada tahun 1930. Melalui organisasinya inilah pandangan-pandangan
esensialisme dikembangkan dalam dunia pendidikan. Sebagaiman telah disinggung
dimuka bahwa esensialisme mempunyai pandangan yang dipengaruhi oleh paham
idealisme dan realisme, maka konsep-konsepnya tentang pendidikan sedikit banyak
ikut diwarnai oleh konsep-konsep idealisme dan realisme.[5]
Esensialisme percaya bahwa
pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak
zaman awal peradaban umat manusia, kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita
hingga sekarang, telah teruji oleh zaman, kondisi dan sejarah kebudayaan,
demikian ialah esensial yang mampu pula mengembangkan masa sekarang dan masa
depan umat manusia. Dengan artian esensialisme ingin kembali ke masa
dimana nila-nilai kebudayaan itu masih tetap terjaga, yang nilai itu tersimpul
dalam ajaran para filosof, ahli pengetahuan yang agung, yang ajaran dan
nilai-nilai ilmu mereka kekal.
B. Panadangan
Esensialisme dalam Pendidikan
Tujuan umum aliran esensialisme
adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya
mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan
kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam
miniatur dunia yang bisa dijadikan ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan.
Maka dalam sejarah perkembangannya kurikulum esensialisme menerapkan berbagai
pola kurikulum, seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga
peranan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan
prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada di masyarakat.[6]
Fungsi utama sekolah adalah untuk
membina suatu tempat refrensi untuk anak didik dalam menghadapi ilmu
pengetahuan dan trsdisi yang sudah berkembang sedemikian rupa. Sekolah tinggal
merealisasikannya, mengadakan seleksi dan menentukan apa yang sebenarnya baik dan
benar untuk dipelajari anak didik.[7]
1. Pandangan dan Penerapan Esensialisme Dalam Bidang Pendidikan
a. Pandangan esensialisme mengenai
belajar
Idealisme sebagai filsafat hidup,
memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada
individu tersebut. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf
permulaan adalah memahami dirinya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami
dunia obyektif. Dengan mengambil landasan fikir, belajar dapat
didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi
spiritual yang jiwanya membina dan menciptakan diri sendiri. Belajar adalah
menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai sosial angkatan baru
yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan
berikutnya.
Dengan demikian pandangan-pandangan
realisme mencerminkan adanya dua jenis, yaitu determinasi mutlak dan
determinasi terbatas. Determinisme mutlak, menunjukkan
bahwa belajar adalah mengalami hal-hal yang tidak dapat dihalang-halangi
adanya, jadi harus ada, yang bersama-sama membentuk dunia ini. Pengenalan ini
perlu diikuti oleh penyesuaian supaya dapat tercipta suasana hidup yang
harmonis. Determinisme
terbatas, memberikan gambaran kurangnya sifat pasif mengenai belajar. Bahwa
meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini berarti tidak
dimungkinkan adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawas yang
diperlukan.
b. Pandangan Esensialisme Mengenai
Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah
berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Kurikulum itu
bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri
masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan
ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau keaktifan
anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah
ditentukan.
Menurut Essensialisme: “Kurikulum yang kaya, yang berurutan dan
sistematis yang didasarkan pada target yang tidak dapat dikurangi sebagai suatu
kesatuan pengetahuan, kecakapan- kacakapan dan sikap
yang berlaku di dalam kebudayaaan yang
demokratis. Kurikulum dibuat memang sudah didasarkan pada urgensi yang ada di
dalam kebudayaan tempat hidup si anak”.
c. Peranan Sekolah
menurut Essensialisme
Sekolah berfungsi
sebagai pendidik warganegara supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip
dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakatnya serta membina kembali
tipe dan mengoperkan kebudayaan, warisan sosial, dan membina kemampuan
penyesuaian diri individu kepada masyarakatnya dengan menanamkan pengertian
tentang fakta-fakta, kecakapan-kecakapan dan ilmu pengetahuan.
d. Penilaian
Kebudayaan menurut Essensialisme
Essensialisme
sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan bahwa
lembaga-lembaga dan praktik-praktik kebudayaan modern telah gagal dalam banyak
hal untuk memenuhi harapan zaman modern. Maka untuk menyelamatkan manusia dan
kebudayaannya, harus diusahakan melalui pendidikan.
e. Teori Pendidikan Menurut
Eensialisme
1) Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti
pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan
demikian adalah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti
oleh keterampilan. Keterampilan-keterampilan, sikap-sikap, dan nilai-nilai yang
tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan.
Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi,
pengembangan intelek atau kecerdasan.
2) Metode Pendidikan
Pendidikan berpusat pada guru (teacher
centered). Umumnya diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul mengetahui apa yang
diinginkan, dan mereka haru dipaksa belajar. Oleh karena itu pedagogi yang
bersifat lemah-lembut harus dijauhi, dan memusatkan diri pada penggunaan
metode-metode tradisional yang tepat. Metode utama adalah latihan mental,
misalnya melalui diskusi dan pemberian tugas; dan penguasan pengetahuan,
misalnya melalui penyampaian informasi dan membaca.
3) Kurikulum
Kurikulum berpusat pada
mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum Sekolah Dasar
ditekankan pada pengembangan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
matematika. Kurikulum Sekolah Menengah menekankan pada perluasan dalam mata
pelajaran matematika, ilmu kealaman, humaniora, serta bahasa dan sastra.
Penguasaan terhadap mata-mata pelajaran tersebut dipandang sebagai suatu dasar
utama bagi pendidikan umum yang diperlukan untuk dapat hidup sempurna. Studi
yang ketat tentang disiplin tersebut akan dapat mengembangkan kesadaran
pelajar, dan pada saat yang sama membuat mereka menyadari dunia fisik yang
mengitari mereka. Penguasaan fakta dan konsep-konsep pokok dan
disiplin-disiplin yang inti adalah wajib.
4) Pelajar
Siswa adalah makhluk rasional dalam
kekuasaan fakta dan keterampilan-keterampilan pokok yang siap melakukan
latihan-latihan intelektif atau berpikir. Sekolah bertanggungjawab atas
pemberian pelajaran yang logis atau dapat dipercaya. Sekolah berkuasa untuk
menuntut hasil belajar siswa.
5) Pengajar
Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan
di kelas. Guru berperanan sebagai sebuah contoh dalam pengawalan nilai-nilai dan
penguasaan pengetahuan atau gagasan-gagasan.
2.
Prinsip – prinsip Pendidikan
Esensialisme
a. Belajar pada dasarnya melibatkan
kerja keras dan dapat menimbulkan keseganan dan menekankan pentingnya prinsip
disiplin.
b. Inisiatif dalam pendidikan harus
ditekankan pada pendidik bukan pada anak didik.
c. Inti dari proses pendidikan adalah
asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan.
d. Sekolah harus mempertahankan metode-metode
tradisional yang bertautan dengan disiplin mental.
e. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan umum, karena dianggap tuntunan demokrasi yang nyata.[8]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential
(inti atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau
paham. Menurut Brameld bahwa
esensialisme ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua aliran dalam filsafat
yakni idealism dan realism. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kata
esensialisme terdiri dari dua kata yaitu esensi berarti hakiakat, inti,
dasar. Dan ditambahkan menjadi esensial yang berarti sangat perlu,
sangat berpengaruh. Aliran Esensialisme merupakan aliran yang ingin kembali kepada
kebudayaan-kebudayaan lama. Dasar dari aliran Esensialisme ini adalah pandangan
humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian
yang ilmiah dan materialistik.tujuan dari pada pendidikan yang hendak dicapai
oleh para ahli adalah untuk mewujudkan agar anak didik dapat hidup bahagia demi
kebaikan hidupnya sendiri. Tujuan umum aliran Esensialisme adalah
membentuk pribadi bahagia dumia dan akhirat, dan isi penndidikannya mencakup
ilmu pengetahuan, kesenian, dan segala hal yang mengrah pada kehendak manusia.
2.
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi
bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan,
kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum
sekolah bagi esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan
ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Pandangan esensialisme dalam pendidikan
meliputi, pandangan esensialisme mengenai belajar, kurikulum,
peranan sekolah, penilaian kebudayaan, teori pendidikan dan prinsip sekolah
esensialisme yang semuanya saling berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso. Kamus
Praktis Bahasa Indonesia. 2012. Jakarta: Pustaka
Agung Harapan.
Shofiorenza. Filsafat Pendidikan Esensialisme. dalam http://shofiorenza.blogspot.com/2010/11/filsafat-pendidikan
esensialisme.html,diunggah pada Minggu 07 November 2010.
Zuharini, Dkk. Filsafat
Pendidikan Islam. 1992. Jakarta: Bumi Aksara.
Anan-nur.
Filsafat Pendidikan Essensialisme. dalam http://anan-nur.blogspot.com/2012/03/filsafat-pendidikan-essensialisme.html.diunggah
pada Sabtu 24 Maret 2012.
As Said,
Muhammad. Filsafat Pendidikan Islam. 2011. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Afidburhanudin.
Filsafat Esensialisme Dalam Pendidikan. dalam https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/07/filsafat-esensialisme-dalam-pendidikan/, diunggah
pada Kamis 07 November 2013.
[8]Afidburhanudin, Filsafat Esensialisme Dalam
Pendidikan, dalam https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/07/filsafat-esensialisme-dalam-pendidikan/, diunggah pada Kamis
07 November 2013.
izin dijadikan bahan referensi makalah ya :) terimakasih sangat membantu
BalasHapusIni sangat membantu sya dalam perkuliahan, trims ya atas makalah filsafatx.
BalasHapusVampires in the Enchanted Castle casino - FilmFileEurope
BalasHapusVampires in the Enchanted Castle Casino. Vampires deccasino in bsjeon the Enchanted Castle Casino. Vampires in the 바카라 사이트 Enchanted Castle Casino. Vampires in the Enchanted Castle https://febcasino.com/review/merit-casino/ Casino. Vampires filmfileeurope.com in the Enchanted